Saya
pertama kali menginjakkan kaki di sekolah ini, sekolah terfavorit di tempat
tinggal saya. Satu satunya yang saya rasakan adalah kekecewaan. Alibinya
klasik, target yang meleset dan slah dalam pemilihan sekolah. Sudah tau
favorit, sudah pasti saingannya setengah mati. Pertama masuk agak sedikit
bangga bisa masuk di kelas XE, soalnya dari SMP saya selalu dikelas c, ya itu
7C, 8C dan 9C. Pada dasarnya sih karena kelasnya tidak pernah dibaur, yah
begitu selama 3 tahun itu-itu sja teman sekelasnya, tidak ada sosialisasi baru.
Hari
pertama di SMA sih biasa-biasa aja, santai kakak kelas sibuk masuk promosi
ekskul sana sini. Tapi ketika pulang ke rumah sudah ada tugas dari senior,
disuruh buat papan nama dan topi yang cukup lumayan ribet, “salah sudutnya,
akan ulang lagi” kata-kata itu yang saya ingat yang membuat saya melakukannya dengan
hati-hati tugas tsb. Oke dari sore ngerjain , akhirnya jam 1 dini hari selesai
juga.
***
Pagi-paginya
saya datang ke sekolah menggunakan papan nama dan topi yang ditugaskan tsb. Sampai
di depan gerbang sekolah, sudah dibuat malu dengan senior, mereka sibuk memfoto
saya yang dikarenakan dipapan namayang tertuliskan nama saya “Dewi P.S” ntah
lah, yang jelas mereka pada memanggil saya dengan sebutan dewi persik. Saya pun
bergegas lari dari tempat yang tak menyenangkan tsb. Bel pun berbunyi tanda
masuk ke kelas, setelah kooe kelas kami masuk, kami disuruh mengumpulkan papan
nama dan topi yang kami buat. Awalnya saya piker mungkin akan ditukar-tukarkan
dengan teman sekelas TAPI TERNYATA OH TERNYATA senior menginjak injak papan
nama dan topi tsb. Woy! Itu susah kale buang waktu, uang, gak ada untung
buatnya, capeknya malah yang dapet. Dasar senior asdfghjkl!!! Ada banyak
kejadian yang membuat siswa/I baru tertawa tawa atau tegang setengah mati. Sementara
itu, saya mati rasa, skenario ciptaan senior berjalan mulus. Beberapa anak baru
mendapatkan mental pressure dengan beragam ucapan provokatif. Emosi mulai terpancing, semua
siap berontak. Tidak terima ditindas oleh senior-senior yang berlagak
menyeramkan dan sadis. Namun kejadian itu menjadi kenangan gila. Amazed! Dengan
kejadian seperti ala sinetron.
***
Saya mulai
mencoba menikmati masa SMA. Ternyata, semua itu belum cukup gila. Hanya bersama
teman-teman saya bisa membuat keributan di kelas, smapai-sampai guru bahasa
keluar dari kelas.
***
Selama SMA,
acara –acara perlombaan yang diadakan olek ekskul saya juga termasuk dalam
jajaran kejadian paling monumental. Meskipun hidup seperti kerja rodi, tetap
bahagia gitu ya. Selama berbulan bulan setiap hari pulang kemalaman untuk cari
dana kemana-mana. Belum lagi jadi kuli untuk membuat dekorasi sampai-sampai
lupa makan mandi. Setelah acara selesai, ternyata hasilnya saya dkk diberi
sanksi oleh senior. Akan tetapi, tetap saja bangga dan kesuksesan acara.
***
Yah, terlepas
dari kesenangan –kesenangan itu, perjuangan belajar di SMA juga tidak kalah
menyenangkan. Kelas satu semaksimal mungkin bersiap menghadapi penjurusan,
belajar sana-sini, mati-matian. Eh, tetep aja remedial ini, eh remedial itu
juga. Kelas dua, tidak tahunya merasa salah pilih jurusan. Akhirnya,
mati-matian usaha untuk mengikuti pelajaran. Sekali pun tidak suka, semua
pelajaran tetap harus “dihajar habis” dan mesti bisa. Kelas tiga? Dih lebih
miris, mumet mumet tugas makin banyak menumpuk.
***
Semasa SMA ini,
mungkin cukup asik dari tertawa, nangis bareng teman sampai nyatakan perasaan
kepada teman sendiri juga pernah. Begitu banyak kejadian yang terjadi dari suka
dan duka yang memberikan warna tersendiri. Banyak makna dan pelajaran yang saya
dapatkan yang lebih berharga dari rumus-rumus matematika, grammar, ilmu sastra
bahasa.
SMA itu lebih
dari sekedar putih dan abu-abu, tetapi SMA itu spectrum warna dan mempunyai
arti tersendiri, menurut mereka yang menjalaninya. Doakan saya lulus ya hehehe