Hari minggu begitu cerah. Matahari
bersinar terik, sudah tiga hari hujan mengguyur kota Pontianak. Menyebabkan
banjir di berbagai tempat kota yang lokasinya agak rendah.
Kringgg.......
Bunyi handpone di ruang tengah yang
mengejutkan aku, yang sedang asiknya latihan dance. Dengan malas, aku berjalan
ke arah handpone. Dan setelah ku lihat, ternyata nomor baru yang menelpon ku.
“Halo” sapaku. “ini siapa ya?” tanyaku.
“ Woi sheilla, aku Lalita. jalan ke
taman kota yuk !”
Ku dengar suara
Lalita teman sekelas ku di sekolah.
“ Mumpung gak hujan nih “ ajaknya.
“ Aduh ga deh, makasih, aku lagi
malas banget. Lagi pula di rumah lagi ga ada orang nih” jawabku.
“yaelah...
rumahkan tinggal di kunci ajaa, toh dia juga gak bakal kemana-mana kok !!
gampangkan?!!” paksanya padaku.
Walaupun aku menolak dengan segala apa pun,
bukan Lalita namanya kalau tidak bisa memaksa orang lain. Dia memang suka
memaksa dan terkadang bersikap suka seenaknya. Yah,, terpaksalah aku menurut,
lagi pula dia itu teman baikku.
“ iyaa deh iyaa... tapi kamu jemput aku ya!”
jawabku.
“okeee deh sip bos , tunggu di depan rumah ya.
15 menit aku udah di sana” jawabnya dengan semangat.
“iya iyaaa” jawabku.
Setelah menutup membicaraan di handpone aku
bergegas berganti baju. Simple, sekedar menggunakan jeans biru, kaos dan
dibalut dengan jaket jeans dan tentunya tak lupa membawa tas kesayangan yang
bergantung boneka kecil berwarna hijau. Okee, sudah siap!
Tidak lama kemudian dengan motor miliknya,
Lalita datang ke rumah ku. Setelah mengunci pintu, kami melaju pelan-pelan
sambil menikmati udara sore yang nyaman. Ketika sampai di tempat tujuan, kami
memutuskan untuk berhenti dan membeli makanan ringan. Cukup banyak juga pilihan
yang tersedia di taman kota ini. Kami memutuskan untuk membeli burger. Kali ini
yang membayar Lalita, karena kemarin aku yang bayar makan . Jadi sekarang
gantian dong hahahah.
“ bang, beli burger nya dua ya ...” pintaku.
Si abang yang jualan burger tampak lincah
sekali membuat makanan tersebut. Setelah matang, ia memberikan burger tersebut
kepada kami.
“ jadi berapa bang?” tanya Lalita.
“ gak usah bayar” jawab penjual burger.
“ loh, kenapa ?” Lalita bertanya lagi.
“ burgernya kurang hangat kan ? sudah, bawa
saja uangmu”
“ lah, serius? Beneran ni ? “ tanya Lalita
yang masih tidak percaya.
“ iya , serius, beneran lah “ jawab si
penjual.
“ okee, sip terima kasih bang “ dengan muka bangga nya Lalita menjawab.
Setelah mengucapkan terima kasih, kami berlalu
dari situ. Kemudian kami duduk di bangku taman untuk makan burger.
“shel, kamu tau kan Aldo anak kelas XI IA 2 ?”
tanya Lalita kepadaku memulai pembicaraan.
“ yang kulitnya putih, anak basket dan yang
ganteng itu kan ?
“ iyaa, dia lagi jomblo tuh”
“trus? “
“ ga berminat ?”
“alah.. paling juga kamu yang mau. Iya kan ?”
“ heheheh, iya sih. Bantuin aku dong!” pinta
Lalita kepadaku sambil menarik jaket ku.
“ iya... iya...” jawab ku dengan males.
“ sip, oh ya ngapain kamu masih gantungin
tuh boneka hijau di tas mu ?” tanya Lalita.
“ ga ada apa apa sih, lucu aja”
“ mending kamu buang aja deh, orang yang kasih
boneka itu ke kamu kan udah bikin kamu kesal”
“kalo orangnya emang udah bikin kesal , trus
harus ni boneka aku buang ? ga kan ! ni boneka kan ga bersalah”
“ kok kamu bisa ya ? padahal tuh cowok batu
banget ga ada kasih respon ke kamu, trus
tuh anak aneh lagi“
“dia itu emang aneh, tapi unik”
“ trus kenapa boneka itu masih di gantungin di
tas kamu ? jangan-jangan kamu masih cinta ya?”
“cinta? Tau apa kamu tentang cinta? Baru aja
16thn udah bilang cinta segala”
“yaelah, emangnya ga pernah rasain cinta ya?”
“ enggak, cinta yang aku punya cuman buat
Allah dan keluarga”
“ ciaaa, sok bijak lo”
“emang faktanya gitu kok -__-“
“jadi kamu ga cinta dia?”
“kagak”
“trus?” tanya Lalita yang bingung hingga
mulutnya serong kanan kiri.
“suka aja”
“jadi, kenapa boneka itu masih di gantungin di
tas kamu ? jangan-jangan kamu masih?”
“ apaan sih? Barang yang orang kasih ke kita, harus syukuri “
“serius? Boneka doraemon yang aku kasih pas
ultah mu kemarin aja, ga pernah kamu bawa kemana mana, ga kayak si ijo ini”
“boneka darimu gede kale-_-“
“oh iya iya, tpi jangan jangan kamu masih
berharap ya dengannya?
“ apaan sih? Biar waktu aja yang menjawab,
jalani aja dulu apa adanya”
“ cieeeee”
“ apaan sih, uadah ah ganti topik lain aja”
jawabku dengan pipi mulai memerah.
Banyak hal-hal yang kami bicarakan. Karena kami
lapar jadi burger kami pun cepat ludes habis dan kami pun ingin membuang
bungkus burger ke tempat sampah.
“ hey !!” kata seorang pria di ujung sana.
Aku dan Lalita saling melirik karena kami
tidak mengenal bapak tersebut.
“ apa bungkusan tersebut masih ada isinya? “
tanya bapak itu .
Dia sepertinya seorang gelandangan, ia
menggunakan pakaian yang compang camping dan sepertinya ia sering berkeliaran
disitu dan menanyakan hal yang sama kepada setiap orang.
“ tidak, maaf” jawabku canggung. “sudah habis
semua”
Ia hanya menggangguk dan terduduk di samping
tempat sampah. Aku tak tau harus bagaimana. Jadi, aku bergerak akan pergi,
Tapi....
“tunggu disini ya “ pinta Lalita.
Ia berlari kecil ke arah penjual burger tadi
dan membeli satu burger lagi. Dan kali ini tentunya ia membayarnya. Ia kembali
ke gelandangan tadi dan memberikan burger kepadanya. Setelah itu, barulah ia
mengajak ku pergi.
“ aku cuma meneruskan kebaikan yang diberikan
kepadaku” kata Lalita demi melihat aku yang terbengong-bengong karena
perbuatannya.
“maksudmu ? aku ga ngerti” tanyaku dengan muka
bengong karena perbuatannya dan di tambah perkataanya.
“ ihh, kamu gimana sih. Tadi kan kita sudah menerima
burger gratis dari abang itu. Dan aku merasa kasihan kepada gelandangan itu
makanya aku memberinya burger” jawabnya.
“ ohh, ya ya “ jawab ku sambil tersenyum.
Dan hari itu juga aku belajar sesuatu, bahwa
dengan menerima kita juga belajar memberi.